embatan merupakan salah satu hasil rekayasa infrastruktur untuk mempermudah transportasi manusia. Jembatan-jembatan dibangun di lokasi di atas sungai, lembah, atau laut yang memisahkannya. Tetapi, di suatu tempat di dunia ini, jembatan-jembatan yang menghubungkan sungai-sungai itu tidak dibangun, melainkan hidup dan tumbuh!
Salah satu struktur yang paling unik di Cherrapunjee dikenal dengan sebutan "Umshiang Double-Decker Root Bridge." Terdiri dari dua lapis jembatan, di atas dan dibawahnya.
Jembatan-jembatan itu tidak punya sisi-sisi, dan sebuah sumber sejarah orang Jepang menunjukkan bahwa jembatan tanaman ini tidak stabil, dan yang mencoba menyeberanginya pertama kali seringkali membeku di tempat, tidak mampu melanjutkan lebih jauh lagi.
Tiga dari jembatan-jembatan itu masih ada di lembah Iya. Meski beberapa (tidak semua) jembatan-jembatan itu diperkuat dengan kabel dan lajur sisi-sisi, tetap saja menakutkan untuk diseberangi. Panjangnya lebih dari 42 meter, dengan papan yang dipasang setiap 6 hingga 8 inci, dan faktanya satu jatuh ke air dari 4,5 cerita, membuatnya tidak cocok buat pengidap acrophobia (takut ketinggian).
Beberapa orang percaya jembatan-jembatan tanaman merambat yang masih ada itu pertama kali dibuat pada abad 12, yang menjadikannya beberapa di antara contoh-contoh arsitektur hidup tertua di dunia.
Dari informasi yang berhasil dirangkum salah seorang tokoh masyarakat sekaligus ketua pemuda Pulik-puluik, Herman Datuak Rajo Bandaro, jembatan tersebut dibuat karena seorang ulama yang bernama Pakih Sokan kasihan melihat murid-murid mengajinya dari Pulik-puluik sering tidak datang karena aliran batang bayang kerap meluap.
Kemudian Pakih Pohan mengadakan acara mandabiah kambing (potong kambing) dan mandarai aka (memberikan darah pada akar yang bertaut tersebut). "Ini sebagai tanda syukuran bahwa akar jawi-jawi yang dihubungkan sudah bertaut, sebagai tanda akan terjadi pertautan kembali," tambah Herman.
Untuk menjadikan sebuah jembatan yang bisa dilalui membutuhkan waktu selama 20 tahun maka jembatan tersebut bisa ditempuh warga Puluik-puluik yang hendak mau ke Lubuak Silau.
Sampai sekarang jembatan tersebut berukuran panjang 30 meter dan lebar 1 meter dengan ketinggian dari permukaan batang bayang sekitar 10 meter dan saat ini umur jembatan tersebut sudah 93 tahun dan masih bisa dilalui warga dari daerah Pulik-puluik sebanyak 25 kepala keluarga begitu juga warga yang hendak kedaerah Pulik-puluik...
1. Jembatan Akar di India
Di kedalaman India sebelah tenggara, di salah satu lokasi paling basah di muka bumi, jembatan-jembatan dibuat dengan cara yang sangat aneh dan unik.
Di kedalaman India sebelah tenggara, di salah satu lokasi paling basah di muka bumi, jembatan-jembatan dibuat dengan cara yang sangat aneh dan unik.
Tumbuh dari akar-akar pohon karet, orang-orang Khasis di Cherrapunjee menggunakan batang pohon pinang, membelahnya dan mengeluarkan isinya untuk membuat apa yang disebut "penunjuk akar". Saat dibentangkan dan mencapai sisi pinggir sungai lainnya, mereka mulai menyatukannya dengan akar-akar dari tanah. Dengan berjalannya waktu, jembatan yang kokoh dan hidup mulai terbentuk.
Jembatan-jembatan akar itu beberapa di anatarnya mencapai 30 meter, membutuhkan waktu 10 hingga 15 tahun untuk bisa difungsikan penuh, dan menjadikannya sangat kokoh. Beberapa sanggup menahan beban hingga 50 orang sekaligus.
Salah satu struktur yang paling unik di Cherrapunjee dikenal dengan sebutan "Umshiang Double-Decker Root Bridge." Terdiri dari dua lapis jembatan, di atas dan dibawahnya.
Karena jembatan-jembatan ini hidup dan masih terus tumbuh, membuatnya semakin kokoh saja. Beberapa jembatan akar yang tua sudah digunakan tiap hari oleh orang-orang desa di sekitar Cherrapunjee sejak lebih dari 500 tahun yang lalu.
2. Jembatan Tanaman Merambat di Lembah Iya, Jepang
2. Jembatan Tanaman Merambat di Lembah Iya, Jepang
Salah satu dari tiga lembah-lembah "tersembunyi", di Jepang, West Iya merupakan tempatnya ngarai berkabut, sungai bersih, dan atap-atap jerami atau daun, seperti menggambarkan Jepang berabad yang lalu. Untuk menyeberangi sungai Iya yang mengalir di sepanjang lereng lembah, para perampok, para kstria, dan pengungsi membuat sebuah jembatan khusus yang dibuat dari tanaman merambat.
Di bawah ini adalah gambar dari satu jembatan dari tanaman merambat pada tahun 1880:
Di bawah ini adalah gambar dari satu jembatan dari tanaman merambat pada tahun 1880:
Pertama, dua tanaman Wisteria - salah satu tanaman merambat paling kokoh - ditanam hingga sangat panjang dari kedua sisi sungai. Saat tanaman itu mencapai panjang yang cukup, lalu dianyam bersama papan untuk membuat suatu rekayasa botani yang hidup, lunak tapi sangat kokoh.
Jembatan-jembatan itu tidak punya sisi-sisi, dan sebuah sumber sejarah orang Jepang menunjukkan bahwa jembatan tanaman ini tidak stabil, dan yang mencoba menyeberanginya pertama kali seringkali membeku di tempat, tidak mampu melanjutkan lebih jauh lagi.
Tiga dari jembatan-jembatan itu masih ada di lembah Iya. Meski beberapa (tidak semua) jembatan-jembatan itu diperkuat dengan kabel dan lajur sisi-sisi, tetap saja menakutkan untuk diseberangi. Panjangnya lebih dari 42 meter, dengan papan yang dipasang setiap 6 hingga 8 inci, dan faktanya satu jatuh ke air dari 4,5 cerita, membuatnya tidak cocok buat pengidap acrophobia (takut ketinggian).
Beberapa orang percaya jembatan-jembatan tanaman merambat yang masih ada itu pertama kali dibuat pada abad 12, yang menjadikannya beberapa di antara contoh-contoh arsitektur hidup tertua di dunia.
3. Jembatan Akar di Sumatera Barat, indonesia
Inilah dia objek wisata andalan Kabupaten Pesisir Selatan yang merupakan salah satu jembatan yang terunik di dunia.jembatan yang kuat dan menjadi penghubung dua daerah antara Jorong (Dusun) Puluik-Puluik dan Lubuak Silau, Desa Lubuak Silau, Kecamatan Bayang Utara, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat.
Inilah dia objek wisata andalan Kabupaten Pesisir Selatan yang merupakan salah satu jembatan yang terunik di dunia.jembatan yang kuat dan menjadi penghubung dua daerah antara Jorong (Dusun) Puluik-Puluik dan Lubuak Silau, Desa Lubuak Silau, Kecamatan Bayang Utara, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat.
Dari informasi yang berhasil dirangkum salah seorang tokoh masyarakat sekaligus ketua pemuda Pulik-puluik, Herman Datuak Rajo Bandaro, jembatan tersebut dibuat karena seorang ulama yang bernama Pakih Sokan kasihan melihat murid-murid mengajinya dari Pulik-puluik sering tidak datang karena aliran batang bayang kerap meluap.
Pada tahun 1916 Pakih Pohan menanam dua batang jawi-jawi (sejenis pohon beringin yang berdaun lebar), pohon jawi-jawi tersebut ditanam di dua lokasi satu di daerah Pulik-puluik dan satu lagi di daerah Lubuak Silau yang dipisahkan dengan batang bayang. Lalu akarnya yang bergantungan dijalin di batang bambu yang dijadikan jembatan sebagai tulang jembatan akar. Setelah 3 tahun lamanya akar dua pohon jawi-jawi tersebut bertaut namun belum bisa dilalui.
Kemudian Pakih Pohan mengadakan acara mandabiah kambing (potong kambing) dan mandarai aka (memberikan darah pada akar yang bertaut tersebut). "Ini sebagai tanda syukuran bahwa akar jawi-jawi yang dihubungkan sudah bertaut, sebagai tanda akan terjadi pertautan kembali," tambah Herman.
Untuk menjadikan sebuah jembatan yang bisa dilalui membutuhkan waktu selama 20 tahun maka jembatan tersebut bisa ditempuh warga Puluik-puluik yang hendak mau ke Lubuak Silau.
Sampai sekarang jembatan tersebut berukuran panjang 30 meter dan lebar 1 meter dengan ketinggian dari permukaan batang bayang sekitar 10 meter dan saat ini umur jembatan tersebut sudah 93 tahun dan masih bisa dilalui warga dari daerah Pulik-puluik sebanyak 25 kepala keluarga begitu juga warga yang hendak kedaerah Pulik-puluik...